Posted by : Unknown
Saturday, November 2, 2013
Meskipun begitu, dalam tulisan kali ini, kita tidak akan membahas Durkheim sebagaimana umum dijumpai di buku sekolah. Yang akan dibicarakan di sini adalah gagasan Durkheim yang agak lebih ‘gelap’ dan serius, yaitu “bunuh diri sebagai gejala sosial”.
Mengapa Durkheim tertarik membahas tentang bunuh diri, nah, ini ada ceritanya lagi.Sebagai seorang sosiolog, Durkheim menilai bahwa peristiwa bunuh diri tidak terjadi hanya dipicu kondisi mental. Barangkali benar bahwa orang tertentu punya kecenderungan bunuh diri lebih kuat daripada orang lain. Akan tetapi, Durkheim menambahkan: bahwasanya terdapat variabel eksternal yang berpotensi memicu orang bunuh diri. Entah itu berupa tuntutan sosial, perubahan zaman, atau lain sebagainya. Hal ini disebutnya sebagai “faktor kosmis” pemicu bunuh diri.
Nah, premis di atas kemudian menjadi tulang punggung karya beliau yang berjudul Suicide: A Study in Sociology. Dalam buku tersebut Durkheim menelusuri ada apa di balik kejadian bunuh diri, dan — yang tak kalah pentingnya — mengapa orang terpicu melakukannya?
Menelusuri Bunuh Diri: Empat Skenario Durkheim
Sebagai seorang sosiolog, Durkheim meletakkan faktor sosial sebagai elemen penting pendorong orang bunuh diri. Oleh karena itu ia menarik kesimpulan: apabila orang melakukan bunuh diri, maka pemicunya takkan jauh dari faktor komunitas dan stabilitas sosial.
Secara sederhana dapat digambarkan idenya sebagai berikut:
1. Bunuh Diri EgoistisEmpat tipe bunuh diri menurut Durkheim :
2. Bunuh Diri Altruistik
3. Bunuh Diri Anomik
4. Bunuh Diri Fatalistik
4. Bunuh Diri Fatalistik