ati dan Iwan ntah kenapa kemalaman dan menginap disebuah hotel kecil. Sebenarnya Iwan ingin memesan 2 kamar tetapi karena hanya tersisa 1 kamar ia meminta pendapat Wati. Karena memang sudah sangat lelah Wati setuju untuk sekamar dengan Iwan.
Sebenarnya Wati agak “sedikit senang” dengan kondisi darurat tersebut. Karena tidak ber-ac, maka Iwan membuka jendela kamar. Masalah lainnya kamar tersebut hanya memiliki 1 ranjang berukuran tanggung dan tidak memiliki kursi panjang. Tidak mungkin bagi Wati untuk meminta Iwan tidur dilantai. Jadilah akhirnya mereka tidur seranjang.
Sebenarnya Wati tidak bisa tidur karena seranjang dengan Iwan. Sebagai seorang wanita jantungnya berdebar sangat kencang karena tidur seranjang dengan pria sopan yang sangat dikaguminya. Kaki mereka beberapa kali saling bersentuhan karena ranjangnya
memang pas-pasan.
Setelah setengah jam, angin malam yang masuk lewat jendela membuat Wati merasa kedinginan sehingga ia memberanikan diri bertanya kepada Iwan, ”Mas Iwan, aku kedinginan nih. Boleh nggak minta tolong jendelanya ditutup saja?”
Iwan tidak langsung menjawab dan Wati berpikir Iwan sudah tertidur sehingga ia mengulanginya lagi, “Mas Iwan…”
Kali ini Iwan langsung menjawab: “Wati, kamu kedinginan ya? Maukah kamu malam ini bertindak seperti isteri saya?”
Jantung Wati serasa berhenti berdetak. Pikirannya langsung guncang mendengar pertanyaan Iwan. Dengan hati-hati ia bertanya: “Maksud mas Iwan?”
Iwan: “Maksud saya…, jendelanya kamu tutup sendiri sonooh!”
Wew !!!